WJ02-120120
Banyak orang yang takut akan Tuhan mengalami berbagai kesusahan dan ditimpa masalah berat, sebaliknya orang-orang yang tidak peduli dengan Allah sepertinya aman-aman saja, bahkan menikmati berbagai kemujuran. Mengapa demikian?
Asaf, penulis banyak Mazmur, seorang kepala pimpinan pujian yang diangkat Raja Daud (1Taw 16:5), juga bergumul dengan kenyataan ini. Ia memperhatikan kejayaan orang-orang fasik dengan banyak kemujuran (ay 3b), sehat-sehat (ay 4), tidak mengalami kesusahan (ay 5). Karenanya mereka menjadi sombong dan terus dalam kejahatan mereka (ay 7-9), bahkan mengira Allah tidak mengetahuinya (ay 11). Asaf, seorang yang berhati tulus dan mengandalkan Tuhan (ay 13), mulai ragu akan imannya. Ia merasa kesetiannya sia-sia belaka (ay 13), dan ia nyaris tergelincir (ay 2).
Namun Asaf memutuskan setia dan tetap mencari Allah (ay 17), serta berpegang kepada-Nya, sekalipun banyak hal tak dipahaminya (ay 22-23). Ia berserah pada tuntunan Allah yang membawanya pada kemuliaan (ay 24). Ia sadar bahwa miliknya yang paling berharga adalah Allah yang kekal (ay 25-26). Ia pun mengerti bahwa situasi "makmur dan mujur" yang mereka alami itu bersifat sementara, suatu jerat, karena mereka ada "di tempat-tempat licin" (ay 18a), serta akan berakhir dalam kehancuran dan kebinasaan (ay 18b-20).
Sekalipun kita menghadapi banyak hal sulit yang tidak kita mengerti, seperti Asaf, hal terbaik yang perlu kita lakukan adalah mendekat kepada Allah dan menjadikan-Nya tempat perlindungan kita (ay 28).
MARI BERPAUT ERAT PADA ALLAH
AGAR KITA TIDAK TERGELINCIR
DI JALAN LICIN KEHIDUPAN