WJ45-101119
BAROMETER IMAN
Maka murid-murid-Nya membangunkan Dia dan berkata kepada-Nya:
"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
"Guru, Engkau tidak perduli kalau kita binasa?"
Markus 4:38b
Jika api liar terlihat mulai menyala bahkan menjalar, orang pasti segera mencari alat pemadam kebakaran. Tiba-tiba hujan deras, orang akan lari mencari payung atau tempat berteduh. Manakala topan badai di danau Galilea menyerbu, apa yang paling dicari nelayan pada saat itu? Jawabannya ialah jangkar !
Dimana jangkar itu terletak? Di buritan kapal, disitulah mereka biasa menyimpan alat itu. Tetapi, kali ini, tepat di atas tilam yang di kolongnya tersimpan jangkar itu, tubuh Yesus sedang pulas tertidur. Bisa dipahami ketidakmengertian dan kejengkelan para nelayan itu, sampai terlontar ucapan "Engkau tidak peduli" (ay 38). Sebab, selain Dia tidur - sementara yang lain sudah panik - mereka juga terhalang untuk mengambil jangkar. Sesungguhnya, Yesus bukannya tidak peduli. Dia ingin para murid-Nya belajar beriman - yaitu merasa aman pertama-tama bukan karena alasan yang lain, melainkan karena tahu, Yesus ada di dekat mereka.
Tanpa disadari perasaan aman kita sering bersumber dan bergantung pada benda-benda atau orang-orang tertentu. Kita merasa aman kalau benda/orang itu ada di dekat kita. Angka besar di buku tabungan. Telepon genggam super pintar. Seorang kerabat berkantong tebal. Teman yang berkedudukan. Kenalan dekat yang seorang pendeta ternama. Kawan yang punya banyak koneksi dan pengaruh besar. Merekalah yang membuat kita tenang, bukan? Bagaimana dengan Tuhan? Sudahkah kehadiran-Nya sanggup menenteramkan dan membuat kita merasa aman - seperti yang dirasakan Raja Daud (Mzm 62:6) ?
Dimana jangkar itu terletak? Di buritan kapal, disitulah mereka biasa menyimpan alat itu. Tetapi, kali ini, tepat di atas tilam yang di kolongnya tersimpan jangkar itu, tubuh Yesus sedang pulas tertidur. Bisa dipahami ketidakmengertian dan kejengkelan para nelayan itu, sampai terlontar ucapan "Engkau tidak peduli" (ay 38). Sebab, selain Dia tidur - sementara yang lain sudah panik - mereka juga terhalang untuk mengambil jangkar. Sesungguhnya, Yesus bukannya tidak peduli. Dia ingin para murid-Nya belajar beriman - yaitu merasa aman pertama-tama bukan karena alasan yang lain, melainkan karena tahu, Yesus ada di dekat mereka.
Tanpa disadari perasaan aman kita sering bersumber dan bergantung pada benda-benda atau orang-orang tertentu. Kita merasa aman kalau benda/orang itu ada di dekat kita. Angka besar di buku tabungan. Telepon genggam super pintar. Seorang kerabat berkantong tebal. Teman yang berkedudukan. Kenalan dekat yang seorang pendeta ternama. Kawan yang punya banyak koneksi dan pengaruh besar. Merekalah yang membuat kita tenang, bukan? Bagaimana dengan Tuhan? Sudahkah kehadiran-Nya sanggup menenteramkan dan membuat kita merasa aman - seperti yang dirasakan Raja Daud (Mzm 62:6) ?
DALAM BANYAK PERKARA
SUMBER RASA AMAN ADALAH
BAROMETER IMAN KITA
SUMBER RASA AMAN ADALAH
BAROMETER IMAN KITA